1. Kebijakan Fiskal
11.1 Pengertian kebijakan
Fiskal
Beberapa pandangan kebijakan fiskal
menurut pandangan ahli ;
a. Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. (Sadono Sukirno, 2003)
a. Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. (Sadono Sukirno, 2003)
b. Kebijakan Fiskal adalah
kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah uantuk mengelolah/ mengarahkan
perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau yang diinginkan dengan cara
mengubah- ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. (Prathama Rahardja
Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi )
c. Kebijakan memiliki dua
prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan
belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi
apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua
adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ;
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran.
(Tulus TH Tambunan, 2006 )
d. Kebijakan fiskal
terdiri dari perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan
untuk mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat. Indikator yang biasa
dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan
juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak. (Norpin, Ph.
D. 1987 )
Kebijakan fiskal merujuk
pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara
melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Berdasarkan dari
beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan diatas dapat kita simpulkan bahwa
kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian
menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi
pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
1.2 TUJUAN
DARI KEBIJAKAN FISKAL
Adapun kebijakan fiskal
sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan
sebagai berikut :
1. untuk meningkat laju
investasi
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public, namun pada kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintah. Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public, namun pada kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintah. Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi.
2. Untuk mendorong
investasi optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal. Nantinya invesatasi optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal. Nantinya invesatasi optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
3. Untuk meningkatkan
kesempatan kerja.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
4. Untuk meningkatkan
stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.
5. Untuk menanggulangi
inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.
6. Untuk meningkatkan dan
mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.
1.3
FUNGSI UTAMA KEBIJAKAN FISKAL
1. Fungsi Alokasi, yaitu
untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat
sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat berupa Public goods seperti
jalan, jembatan, pendidikan dan tempat ibadah dapat terpenuhi secara layak dan
dapat dinikmati oleh seluruhn masyarakat.
2. Fungsi Distribusi,
yaitu fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan nasional dapat
lebih merata untuk semua kalangan dan tingkat kehidupan.
3. Fungsi Stabilisasi,
agar terpeliharanya keseimbangan ekonomi terutama berupa kesempatan kerja yang
tinggi, tingkat harga-harga umum yang relatif stabil dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang memadai. ( Soediyono,R,1992,h.89 )
1.4.
BENTUK – BENTUK KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal umumnya
dibagi atas tiga kategori, yaitu:
1. Kebijakan yang
menyangkut pembelian pemerintah atas barang dan jasa.
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah.
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah.
2. Kebijakan yang
menyangkut perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang berasal dari migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan semata-mata untuk pembangunan negara tersebut. Kebijakan pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan.
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang berasal dari migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan semata-mata untuk pembangunan negara tersebut. Kebijakan pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan.
3. Kebijakan yang
menyangkut pembayaran transfer.
Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan bagian belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam komponen G di dalam perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa. Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.
Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan bagian belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam komponen G di dalam perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa. Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.
Salah satu gagasan utama
Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan fiskal dapat dan hendaknya digunakan
untuk menstabilkan tingkat keluaran dan peluang kerja. Secara spesifik menurut
Keynes, terdapat dua hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan
fiskal yaitu:
1) Kebijakan fiskal
ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan pengeluaran untuk
mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
2) Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.
2) Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.
Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak
diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan
dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan
daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan fiskal mempunyai
pengaruh baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kebijakan fiskal
mempengaruhi tabungan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang
, sedangkan dalam jangka pendek mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat
barang dan jasa.
2. Kebijakan Moneter
2.1
Pengertian kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah proses
mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti
menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter
dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai
peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan
pemerintah lain.
Kebijakan Moneter adalah kebijakan
yang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan
ekonomi melalui pengawasan uang beredar atau suku bunga, atau kombinasi
keduanya, usaha tersebut dilakukan agar terjadi kesetabilan harga, dan inflasi,
serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan
tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank
Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.
Kebijakan moneter dilakukan antara
lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut
yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan
sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami
kesulitan likuiditas.
Dengan kata lain, kebijakan moneter
adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu
negara kontrol supplay (i) uang, (ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang
atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi
Kebijakan Moneter bertumpu pada
hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana
uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan
berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan
pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana
ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan
bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah
uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga untuk mencapai
kebijakan gol.
2.2
Penggolongan Kebijakan Moneter
Pengaturan
jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
a) Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary
Expansive Policy Kebijakan
Moneter
Ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar.
b) Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary
Contractive Policy
Kebijakan
Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang
yang beredar. Disebut juga dengan “kebijakan uang ketat” (tight money policy).
2.3
Instrumen-Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter,
yaitu antara lain :
a) Operasi Pasar Terbuka (Open Market
Operation)
Operasi
pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun,
bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual
surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara
lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
Opersai Pasar Terbuka Jika
Perekonomian Dalam Kondisi Resesi (Under Employment). Kondisi resesi/Under
Employment/kerusuhan ekonomi adalah keadaan perekonomian dimana banyak
pengangguran faktor produksi dan menurunnya permintaan masyarakat terhadap
barang dan jasa sebagai pendapatan nasional yang sebenarnya terjadi (aktual)
lebih kecil dari pendapatan nasional yang seharusnya terjadi yaitu pendapatan
nasional full employment (YFE).
§ Agar
kegiatan perekonomian meningkat, maka bank sentral perlu menaikkan jumlah uang
beredar melalui pembelian surat-surat berharga dari bank-bank dan masyarakat.
§ Jika
jumlah uang beredar banyak, maka permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa
ikut naik dan selanjutnya akan mendorong kegiatan produksi dalam perekonomian
terjadi kenaikan penyerapan tenaga kerja dan kenaikan produksi/pendapatan
nasional Yaktual akan naik mendekati atau sma dengan YFE resesi
berkurang atau hilang.
Operasi Pasar Terbuka Jika
Perekonomian Dalam Kondisi Inflasi (Over Employment)Kondisi
inflasi/naiknya harga-harga umum dapat terjadi apabila kapasitas produksi
perusahhaan telah digunakan secra penuh tapi permintaan masyarakat terhadap
barang dan jasa terus meningkat sehingga pendapatan aktual > pendapatan
nasional fulll employment. Untuk mengatasinya dilakukan dengan
menurunkan/mengurangi jumlah uang beredar yang ada si masyarakat melalui
penjualan surat-surat berharga oleh bank sentral kepada pihak bank-bank umum.
b)
Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan
jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank
umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam
ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan
tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang. Ada 2 cara yang dapat dilakukan oleh bank
sentral dalam membantu bank-bank umum yaitu memberi pinjaman atau sengan
membeli surat-surat berharga yang dimiliki bank umum.
c)
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio
cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
d) Himbauan Moral (Moral Persuasion) dan
Kebijakan Kredit Selektif
Himbauan moral adalah kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada
pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke
bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Cara melakukan 2 kebijakan moneter
ini adalah dengan melakukan pengawasan secara selektif silakukan dengan
menetukan jenis-jenis pinjaman mana yang harus dikurangi, dan man yang harus
dikembangkan, dan pembujukkan moral yang dilakukan bank sentral dengan
mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum untuk meminta bank
umum melakukan langkah tertenru agar mempengaruhi kegiatan ekonomi.
2.4 . Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Dalam prakteknya, untuk menerapkan
semua jenis kebijakan moneter alat utama yang digunakan adalah memodifikasi
jumlah uang primer yang beredar. Otoritas moneter melakukan hal ini dengan
membeli atau menjual aset keuangan (biasanya kewajiban pemerintah). Ini operasi
pasar terbuka berubah baik jumlah uang atau likuiditas (jika bentuk cair kurang
dari uang yang dibeli atau dijual). The multiplier effect perbankan
cadangan fraksional memperkuat dampak dari tindakan transaksi pasar Konstan
oleh otoritas moneter memodifikasi pasokan mata uang dan ini dampak variabel
pasar lain seperti suku bunga jangka pendek dan nilai tukar.
Adapun jenis-jenis kebijakan moneter
antara lain:
a) Inflasi Penargetan
Berdasarkan pendekatan kebijakan
target adalah bertujuan untuk menjaga inflasi, di bawah sebuah definisi
tertentu seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), dalam kisaran yang diinginkan.
Target inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala kepada Bank Sentral suku
bunga target.
Tingkat bunga yang digunakan adalah
umumnya tingkat antar bank di mana bank meminjamkan kepada satu sama lain untuk
keperluan arus kas. Tergantung pada negara ini tingkat bunga tertentu yang bisa
disebut uang bunga. Target suku bunga dipertahankan untuk jangka waktu tertentu
menggunakan operasi pasar terbuka.
Perubahan target suku bunga dibuat
sebagai tanggapan terhadap berbagai indikator pasar dalam upaya untuk
memperkirakan tren ekonomi dan dengan demikian pasar tetap pada jalur untuk
mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, satu metode sederhana
inflation targeting disebut aturan Taylor menyesuaikan tingkat suku bunga
sebagai respon terhadap perubahan dalam tingkat inflasi dan kesenjangan output
. Aturan diusulkan oleh John B. Taylor dari Universitas Stanford. Penargetan
inflasi pendekatan untuk pendekatan kebijakan moneter ini dipelopori di
Selandia Baru.
b) Harga Penargetan Tingkat
Harga penargetan tingkat mirip
dengan inflation targeting kecuali bahwa pertumbuhan CPI dalam satu tahun atas
atau di bawah target tingkat harga jangka panjang adalah offset pada
tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat harga yang ditargetkan tercapai dari
waktu ke waktu, misalnya lima tahun, memberikan kepastian lebih lanjut tentang
masa depan kenaikan harga kepada konsumen. Dalam inflation targeting apa yang
terjadi pada tahun-tahun terakhir segera tidak diperhitungkan atau disesuaikan
dalam tahun berjalan dan masa depan.
c) Agregat Moneter
Pada 1980-an, beberapa negara
menggunakan pendekatan yang didasarkan pada pertumbuhan konstan dalam jumlah
uang beredar. Pendekatan ini disaring untuk memasukkan kelas yang berbeda dari
uang dan kredit (M0, M1 dll). Di Amerika Serikat ini pendekatan kebijakan
moneter dihentikan dengan pemilihan Alan Greenspan sebagai Ketua Fed.
Pendekatan ini juga kadang-kadang disebut monetarisme . Sementara
kebijakan yang paling moneter berfokus pada sinyal harga satu bentuk atau lain,
pendekatan ini difokuskan pada jumlah moneter.
d) Nilai Tukar Tetap
Kebijakan
ini didasarkan pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang asing.
Ada berbagai tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya
dengan cara kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar.
Di bawah
sistem nilai fiat tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter menyatakan
nilai tukar tetap tetapi tidak aktif membeli atau menjual mata uang untuk
mempertahankan tingkat.
Sebaliknya,
tingkat dipaksakan oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya kontrol
modal, impor/lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar
dimana perdagangan mata uang pada pasar/nilai tidak resmi.
2.5
Kebijakan Moneter yang Dilakukan Pemerintah
a) a.
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah terhadap
mata uang asing.
|
b)
b. Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata uang
dalam negeri terhadap mata uang asing.
|
3.
c. Sanering adalah kebijakan moneter yang dilakukan
oleh bank sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang. Hal ini
dilakukan untuk menyehatkan kembali nilai uang yang sudah jatuh. Pemerintah
Indonesia pernah melakukan kebijakan sanering pada tahun 1950an.
3.
Bekerjanya
Kebijaksanaan Moneter
Tujuan
akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah
yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan
stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga
kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi
aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi.
Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian
sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
Mekanisme
bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering
disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini
menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen
moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan
keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme
tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor
keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui
berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai
tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.
Perubahan
suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini
sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh,
akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku
bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut
mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen
keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing
ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah
mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar
negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong
impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak
pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.
Perubahan
suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga
aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan
obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada
gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi
seperti konsumsi dan investasi.
Dampak
perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi
publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang
diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi
mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah
yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen
kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Mekanisme
transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time
lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang
lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak
perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi
sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan
tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko
perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI
rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan
konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan
meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan
penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan
juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat
apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor
keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam
menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter
2.6 Tujuan
Kebijakan Moneter
Di bawah ini
adalah tujuan dari dilakukannya Kebijakan Moneter:
a)
Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi
adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali
dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan
seimbang.
b)
Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja
akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya diikuti
dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan
kerja. Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup
karyawan dan pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.
c)
Kestabilan Harga
Kestabilan harga
ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga yang stabil
menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang
sama dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke
waktu adalah sama.
d)
Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah
nilai barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk
mendapatkan neraca pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan
kebijakan moneter. Contohnya adalah dengan cara melakukan devaluasi.
2.7 Pengaruh Kebijakan Moneter
Melalui instrumen (Opersasi pasar
terbuka, tingkat diskonto, cadangan minuman,himbauan, dll) serta indikator
moneter (tingkat bunga, jumlah uang beredar), kebijakan di bidang moneter akan
mempengaruhi perekonomian, yang terlihat dari perubahan pendapatan
nasional/GDP, tingkat inflasi, jumlah penganngguran dan neraca
pembayaran).
Meskipun demikian kebijakan
pemerintah lainnya juga turut mempengaruhi beberapa indikator perekonomian
tersebut. Jumlah uang beredar merupakan salah satu indikator kebijakan moneter
yang sangat penting dan memiliki peranan yang besar karena dampak langsungnya
pada perekonomian Indonesia.
3. Hubungan Antara Kebijakan
Moneter dan Kebijakan Fiskal
Sebagaiman kita ketahui bahwa
kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan
pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat
bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal
akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada
giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa.
Kondisi di pasar barang dan jasa ini
akan menentukan tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat
pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan
balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat
dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar
uang serta pasar surat berharga.
Study Kasus
BI :
kebijakan moneter bias ketat masih diperlukan 1 bulan
Jakarta
(ANTARA News) - Kebijakan moneter bias ketat masih diperlukan sepanjang 2015,
karena upaya menjaga stabilitas perekonomian
yang masih dibayangi berbagai tekanan ekonomi global, dan ancaman laju inflasi
dari domestik. "Lupakan pertumbuhan jika tanpa stabilitas, maka
kecenderungan kami mengenai kebijakan moneter bias ketat masih akan
dijaga," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo pada seminar "ANZ
Economic Outlook 2015" kerjasama PT Bank ANZ Indonesia dengan LKBN Antara
diJakarta, pada kamis malam pernyataan dari Perry tersebut sekaligus menjawab
pertanyaan Mantan Menteri Koordinator Ekonomi dan Keuangan Dorojatun Kuntjoro
Jakti dalam seminar.
Dorojatun
mengkhawatirkan takaran kebijakan moneter ketat di Indonesia tidak diimbangi
dengan kebijakan fiskal yang kuat, untuk mengantisipasi tekanan ekonomi global.
Menurut Perry, secara umum respon kebijakan untuk mengantisipasi tekanan global
dan juga domestik mencakup tiga kebijakan. Pertama,bauran kebijakan moneter dan
fiskal. Kedua, kebijakan moneter dan makro ekonomi. Kemudian kebijakan moneter
dengan keadaan structural perekonomian.
Tiga
aspek ini terus berjalan, dan telah ada sinkronisasi," ujarnya. Menurut
dia, meskipun BI masih mempertahankan kebijakan moneter ketat, namun secara
makro dan finansial, tekanan terhadap likuiditas telah berkurang. Maka dari
itu, menurutnya, Bank Indonesia berani memperkirakan pertumbuhan kredit
perbankan pada 2015 akan berada di 15-17 persen. Perkiraan otoritas moneter
ini, ujarnya, sangat optimistis karena realisasi pertumbuhan kredit hingga
akhir 2014 saja hanya 12 persen. "lending telah kita naikkan, ini karena
kebijakan suku bunga, prospek, dan likuiditas keuangan menunjukkan sentimen
positif," kata dia. Secara umum, Perry optimistis pertumbuhan ekonomi
Indonesia di 2015 akan lebih baik dibanding 2014.
BI
memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2015 berada di rentang 5,4 - 5,8 persen.
"Catatan lainnya, defisit neraca transaksi berjalan masih di kisaran tiga
persen terhadap PDB, karena tahun ini lebih banyak belanja pemerintah yang akan
mendorong impor barang modal," ujarnya. Di kesempatan yang sama, Chief
Economist South Asia, ASEAN and Pacific ANZ Glen Maguire memperkirakan
Indonesia akan melewati masa perekonomian yang konstruktif di 2015, karena
telah melakukan perbaikan signifikan pada fundamental perekonomian. "Ini
akan meletakkan dasar untuk siklus pertumbuhan tahunan yang lebih kuat. Indonesia
akan muncul sebagai kekuatan ekonomi besar di Asia ke depannya," ujar dia.
CEO ANZ Indonesia Joseph Abraham memuji kebijakan pengalihan belanja subsidi
BBM yang dijalankan pemerintah Indonesia. Kebijakan pengalihan subsidi itu,
kata dia, sangat diperlukan untuk mengekspansi pembangunan dan menyehatkan
ruang fiscal pemerintah. "Meskipun ada volatilitas di eksternal, Indonesia
tetap menarik bagi investor," ujar dia.
Hasil Analisis Berrita
Dari berita diatas dapat disimpulkan bahwa
Menurut Deputi Gubernur BI Prerry kebijakan moneter pada tahun 2015 masih
terjaga.Kebijakan moneter ketat adalah kebijakan dengan
mengurangi penawaran uang dalam upaya membatasi perekonomian. Di berita diatas
juga disebutkan bahwa pemerintah melakukan bauran kebijakan. Bauran kebijakan
adalah kombinasi kebijakan fiskal dan moneter. Bauran kebijakan yang meliputi
penurunan belanja pemerintah dan peningkatan penawaran uang akan lebih
mengutamakan belanja investasi daripada belanja pemerintah. Alasanya adalah
penawaran uang yang meningkat maupun penurunan pembelian pemerintah akan
menyebabkan tingkat bunga turun, yang akan menyebabkan peningkatan investasi
yang direncanakan.
BI
menyatakan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan akan membawa
pengaruh besar ditahun 2015 sebesar 15-17% karena kebijakan suku bunga,
prospek, dan likuiditas keuangan menunjukkan sentimen positif .
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2015 berada di rentang 5,4 - 5,8 persen. Dengan catatan lain defisit
neraca transaksi berjalan masih di kisaran tiga persen terhadap PDB, karena
tahun ini lebih banyak belanjaan pemerintah yang akan mendorong impor barang
modal.
Faktor yang menyebabkan tingginya suku bunga
pinjaman di Bank adalah keuntungan. Dimana semakin tinggi tingkat keuntungan atau
margin yang diharapkan suatu bank cenderung akan membuat nilai suku bunga pada
bank tersebut tinggi. Dan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,4-5,8 ini
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat karena jumlah uang yang beredar
meningkat ,maka akan meningkat pula pertumbuhan ekonomi, sedangkan apabila
jumlah uang yang beredar turun maka pertumbuhan ekonomi akan turun pula.
Pemerintah harusnya lebih mengantisipasi kejadian meningkatnya pertumbuhan
kredit perbankan karena masyarakat indonesia sebagian besar kegiatannya
bertumpu pada aset keuangan kredit perbankan. Pemerintah perlu melaksanakan
kebijakan moneter melalui pengelolaan atau pengaturan sistem pengkreditan
secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi
masyarakat daerah yang akan digerakkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukirno, Sadono,2003, Pengantar Ekonomi
Mikro, Raja Gafindo Persada, Jakarta
Case, Karl dan Fair,
Ray.2007. Prinsip Prinsip Ekonomi.
Edisi 8. Jakarta:Penerbit Erlangga
Eleraning Gunadarma 2010.http://elearning.gunadarma. ac.id/docmodul/
kebijakan_fiskal_moneter/bab5-kebijaksanaan_moneter.pdf
(Diakses Jumat, 6 Maret 2015, pukul 11.50 WIB
Shvoong. Pengertian dan Macam Kebijakan Moneter.http://id.shvoong.com/
pengertian-dan-macam-kebijakan-moneter/#ixzz1saKwKC2. (Diakses jumat,
6 Maret 2015, pukul 12.30 WIB
http://m.antaranews.com/berita/bi--kebijakan-moneter-bias-ketat-masih-diperlukan ( diakses jumat, 6 maret 2015 pukul 14.00)
|