Minggu, 19 April 2015

MAKALAH MOTIVASI BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Proses pembelajaran dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori belajar. Di samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu motivasi siswa. Guru sering dirisaukan dengan adanya siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedang-sedang saja. Dalam pembelajaran siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu, sedikit sekali menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya adalah dengan anlisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan dari luar diri siswa.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem pemberian umpan balik, dan sebaginya. Faktor-faktor dari dalam diri siswa mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya. Namun pada kenyataannya dalam suatu kelas, keadaan siswa bermacam-macam untuk belajar maupun menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan kondisi ekstern belajar, dan kondisi intern siswa yang belajar. Sehingga pentingnya motivasi, jenis dan sifat motivasi, dan upaya peningkatan motivasi belajar benar-benar perlu dipahami.

1.2  Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian motivasi belajar?
2.        Apa pentingnya motivasi dalam belajar?
3.        Apa jenis dan sifat dalam motivasi belajar?
4.        Bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Motivasi dan Pentingnya Motivasi
Ada 3 peristiwa yang dapat digunakan sebagai pemisalan yaitu peristiwa pertama, siswa segan belajar karena tidak mengetahui kegunaan mata pelajaran di sekolah. Siswa tersebut bermotivasi rendah, karena kurangnya memperoleh informasi. Peristiwa kedua, motivasi belajar siswa menurun, karena gangguan ekstern belajar. Pada kedua peristiwa tersebut, motivasi belajar siswa menjadi lebih baik setelah guru mengubah kondisi eksten belajar siswa. Peristiwa ketiga, siswa memiliki motivasi belajar tinggi. Walaupun guru tidak membantu siswa, tetapi siswa mampu mengatasi gangguan dan hambatan belajarnya.

1.        Pengertian motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti ”menggerakan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence pada tingkah laku tersebut.
Ames dan Ames (1984) didefinisikan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkunganya. Sebagai contoh, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas, akan termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi motor penggerak bagi kemaunnya.
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai ”tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”(Cropley, 1985 ). Dalam konsep ini, siswa akan berusaha mencapai suatu tujuan karena dirangsang oleh manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang berbagai kesulitan. Motivasi juga ditunjukan melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak peristiwa. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber. Pada peristiwa pertama, motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar. Pada kedua peristiwa tersebut, peranan guru mempertinggi motivasi belajar siswa sangat berarti. Pada peristiwa ketiga, motivasi diri siswa tergolong tinggi. Sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan seperti:
  • Kekuatan apa yang menjadi bergerak belajar siswa?
  • Berapa lama kekuatan tersebut berpengaruh dala kegiatan belajar?
  • Dapatkah kekuatan tersebut dipelihara?
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah, atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan jiwa tersebutlah yang mengaktifkan, mengarahkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987)
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu:
  • Kebutuhan
  • Dorongan
  • Tujuan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajarnya rendah, padahal ia memiliki waktu pelajaran yang lengkap. Ia merasa memiliki cukup waktu, tetapi ia kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakannya tidak memadai untuk memperoleh hasil belajar yang baik, sedangkan ia membutuhkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, siswa mengubah cara-cara belajarnya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sebagai ilustrasi, siswa kelas tiga SMP memiliki harapan untuk diterima sebagai siswa SMA terbaik di kotanya. Sisw atersebut memperoleh hasil belajar rendah pada mata pelajaran matematika dan IPA dalam ulangan bulan ke satu. Menyadari hal tersebut, maka siswa tersebut mengambil kursus tambahan dan belajar lebih giat. Pada ulangan keduua hasil belajarnya bertambah baik. Menyadari hasil belajarnya bertambah baik, maka semangat belajar siswa menjadi tinggi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Pada kasus siswa mengambil kursus dan semangat belajar tinggi tersebut menunjukkan bahwa bertujuan lulus SMP dengan nilai yang memuaskan dan diterima di SMA yang ia inginkan.
Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu:
  • Kebutuhan fisiologis
  • Kebutuhan akan perasaan aman
  • Kebutuhan social
  • Kebutuhan akan penghargaan diri, dan
  • Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti papan, sandang, pangan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan keamanan yang bersifat fisik, dan psikologis. Kebutuhan sosial berkenaan dengan perwujudan berupa diterima oleh orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikut sertakan pemilikan harga diri. Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan dengan kebutuhan individu untuk menjadi Sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya.
Dari segi dorongan, menurut Hull motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme. Disamping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat memelihara kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respons dari organisme, kekuatan dorongan organisme dan penguatan kedua hal tersebut. Hull memang menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh factor-faktor eksternal. Dalam hal ini insentif (hadiah atau hukuman) mempengaruhi intensitas dan kualitas tingkah laku organisme.
Dari segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku. Jika tujuan trercapai maka kebutuhan terpenuhi untuk “sementara”. Jika kebuthan trepenuhi, maka orang menjadi puas, dan dorongan mental untuk berbuat “terhenti sementara”.
Lama kekuatan mental dala diri individu adalah sepanjang tugas perkembangan manusia. Menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan tersebut meliputi masa bayi, anak sekolah, masa muda, masa dewasa muda, usia tengah baya, dan masa dewasa lanjut.
Menurut Monks, kekuatan mental atau kekuatan motivasi tersebut dapat dipelihara. Perjalanan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Menurut Monks, faham-faham interaksionis faham tugas perkembangan, dan teori emansipasi mengakui pentingnya pemeliharaan kekuatan motivasi belajar.  Dorongan dari dalam atau kekuatan mental dan pengaruh dari luar berpengaruh pada kemajuan individu. Interaksi kekuatan mental dan lingkuan luat tersebut ditentukan pula oleh respons dan prakarsa pribadi pelaku (Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989, Koeswara; Biggs & Telfer; 1987).

2.        Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi tentang perilaku. Subjek terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan da nada yang berupa manusia. Penelit yang menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan behavioris. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adalah peneliti kognitif. Temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industry, tenaga kerja, urusan pemasaran, rekruting militer, konsultasi, dan pendidikan. para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
  • Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
  • Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebaya
  • Mengarahkan kegiatan belajar
  • Membesarkan semangat belajar
  • Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, sebagai berikut:
  • Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil
  • Digunakan sebagai strategi mengajar belajar, karena motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam
  • Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran, seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau guru pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa.
  • Memberi peluang guru untuk “untuk kerja” rekayasa pedagogis 

2.2 Jenis dan Sifat Motivasi
Motivasi sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya seoendapat bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yatu, motivasi primer dan motivasi sekunder.

1.        Jenis Motivasi
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis, atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Mc Dougall misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan. Tingkah laku insting dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin. (Koeswara, 1989; Jalaluddin Rachman; 1991)
Ahli lain, Freud berbndapat bahwa insting memiliki empat ciri-, yaitu tekanan, sasaram, objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan. Kepuasan tercapai, bila tekanan energi pada insting berkurang. Menurut Freud, energy bekerja memelihara keseimbangan fisis. Insting bekerja sepanjang hidup. Yang mengalami perubahan adalah cara pemuasan atau obyek pemuasan. Tingkah laku individu yang memuaskan insting dapat secara lansung atau dengan menekan. Penekanan insting tersebut tidak menghilangkan energy. Penekanan insting tersebut diupayakan masuk alam tidak sadar. Tingkah laku manusia sedemikian kompleks, ada yang dapat dikenali motivasi dari alam sadarnya, da nada pula yang berasal dari alam tak sadarnya (Koeswara, 1989; Sumadi Suryabrata, 1991).
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari.. hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. “bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik.
Menurut beberapa ahli, manusia adalah makhluk social. Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh factor biologis saja, tetapi juga factor-faktor social. Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen tersebut terdiri dari motif social, sikap, dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponen konatif adalah terkait dengan kemauan dan kebiasaan bertindak (Jalaluddin Rachmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991).
Motivasi social atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda. Misalnya Thomas dan Znaniecki menggolongkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan seperti berikut:
·                                   Memperoleh pengalaman baru
·                                   Untuk mendapat respons
·                                   Memperoleh pengakuan
·                                   Memperoleh rasa aman
Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya sejenis kegoncangan seseorang. Kegoncangan tersebut disertai proses jasmani, perilaku, dan kesadaran. Emosi memiliki fungsi sebagai:
  • Pembangkit energi misalnya, karena dicemoohkan orang menjadi berusaha keras sehingga berhasil
  • Pemberi informasi pada orang lain, seperti rasa sedih terlukis dalam wajah
  • Pembawa pesan dalam berhubungan dengan orang lain, seperti pembicara yang bersemangat menimbulkan semangat kerja, dan
  • Sumber informasi tentang diri seseorang, seperti pemerolehan rasa sehat
Perilaku juga terpengaruh oleh adanya pengetahuan yangdipercaya, pengetauan yangdipercaya tersebut adakalanya berdasarkan akal, ataupun tak berdasarkan akal sehat. Pengetahuan tersebut dapat mendorong terjadinya perilaku. Sebagai ilustrasi, orang tetap merokok dengan motivasi yang berbeda. Ada yang ingin menunjukkan kejantanan, ada yang mengisi waktu luang, ada pula yang ingin menimbulkan kreativitas, meskipun mereka ini juga menyadari akan bahaya rokok.
Oerilaku juga terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan merupakan perilaku menetap, berlangsung otomatis. Kemungkinan besar, perilaku tersebut merupakan hasil belajar. Kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan secara kuat. Kemauan seseorang timbul karena adanya:
  • Keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan
  • Pengetahuan tentang cara memperoleh tujuan
  • Energy dan kecerdasan
  • Pengeluaran yang tepat untuk mencapai tujuan
Dengan kata lain, kebiasaan dan kemauan seseorang mempertinggi motif untuk berperilaku. Motivasi belajar diperkuat dengan adanya sikap, emosi, kesadaran, kebiasaan, dan kemauan (Sumadu Suryabrata, 1991; Singgih Gunarsa, 1990; Monks, Konoers, Siti Rahayu, 1989).

2.        Sifat Motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang terkenal sebagai motivasi internal, dan dari luar seseorang yang dikenal sebagai motivasi eksternal.
Di samping itu, juga bisa membedakan motivasi instrinsik dan karena orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahu kisah tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku, maka ia mencari buku lain, dalam hal ini, motivasi instrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Menurut Monks motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita. Hal ini berarti motivasi instrinsik perlu diperhatikan, sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar. (Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; 161-164).
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang, yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena adanya dorongan dari luar seperti adanya hadiah, atau menghindari hukuman. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik juga “dapat berubah” menjadi motivasi instrinsik.
Pada tempatnya diketahui bahwa para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda-beda pada motivasi. Akibatnya saran tentang pembelajaran juga berbeda-beda. McDougall dan Freud menekankan pentingnya motivasi instrinsik. Skinner dan Bandura menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik. Maslow dan Rogers menunjukkan bahwa kedua motivasi tersebut sama pentingnya.
Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan hasil yang sangat memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orangtua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak baik, atau memperoleh nilai kurang, maka ia akan  meperoleh “peringatan atau hukuman” dari guru atau orangtua. “Peringatan” tersebut tidak menyenangkan siswa. Motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh “peringatan” dari guru atau orangtua. Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah, dapat merupakan motivasi ekstinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat. (Siagia, 1989; Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs 7 Telfer;1987; Winkel, 1991).
Ada baiknya juga memperhatikan pandangan Maslow dan Rogers yang mengakui pentingnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Menurut Maslow setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasi diri. Ia menemukan 15 ciri orang yang mampu mengaktualisasi diri. Ciri tersebut adalah:
Ø  Berkemampuan mengamati suatu realistis secara efisien, apa adanya dan terbatas dari subjektivitas
Ø  Dapat menerima diri sendiri maupun orang lain secara sewajarnya
Ø  Berperilaku spontan, sederhana, dan wajar
Ø  Terpusat pada masalah atau tugasnya
Ø  Memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi
Ø  Memiliki kebebasan dan kemadirian terhadap lingkungan dan kebudayaannya; ia mampu mendisiplinkan diri aktif, dan bertanggungjawab atas dirinya
Ø  Dapat menghargai dengan rasa hormat dan dan penuh gairah
Ø  Dapat mengalami pengalaman puncak, seperti terwujud dalam kreativitas, penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan persahabatan
Ø  Memiliki rasa keterikatan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi
Ø  Dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar
Ø  Memiliki watak terbuka dan bebas prasangka
Ø  Memiliki standar kesusilaan tinggi
Ø  Memiliki rasa humor terpelajar
Ø  Memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti dalam pengetahua, kesenian, atau keterampilan hidup tertentu, dan
Ø  Memiliki otonomi tinggi
Motivasi mengaktualisasi diri tersebut berjalan sesua dengan kemampuan setiap orang. Upaya memuaskan kebutuhan aktualisasi diri tersebut tentu saja tidak mudah. Sebagai ilustrasi, dapat diperhitungkan betapa sulitnya seorang anak desa, yang berjuang sepanjang hayat, yang dikemudian hari diberi kepercayaan memimpin negara, bangsa oleh seluruh rakyat.
            Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat dijadikan titik pangkal rekayasa pedagogis guru. Pada tempatnya guru mengenal adanya motivasi-motivasi tersebut. Untuk mengenal motivasi yang sebenarnya, guru perlu melakukan penelitian. Ini berarti bahwa guru SMP dan SMA, sesuai tuntutan profesi guru, sebaiknya belajar meneliti sambil praktetk mendidik di sekolah.
            Ada kalanya guru menghadapi siswa yang belum memiliki motivasi belajar yang baik. Dalam hal ini sebaiknya guru berpegang pada motivasi ekstrinsik. Dengan menggunakan penguat berupa hadiah atau hukuman. Sebaiknya guru memperbaiki disiplin diri siswa dalam beremansipasi.

2.3 Motivasi dalam Belajar                                             
Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang instrinsik, atau ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru pendidik dan anggota masyarakatlai. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orangtua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.

1.        Unsur-unsur yang mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar ada di dalam diri siswa. Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca majalah misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indera untuk mengucap kata. Keberhasilan mengucap kata dari symbol pada huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas membaca. (Monks, 1989; Singgih Gunarsa, 1990).

a)        Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dan lain sebagainya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Keinginan berlangsung sesaat atau dalam jangka waktu singkat, sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Kemauan telah disertai dengan penghitungan dengan akal sehat. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya cita-cita akan memwujudkan aktualisasi diri. (Monks, 1989: 241-260; Schein, 1991: Singgih Gunarsa, 1990: 183-199).

b)        Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c)        Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah menguatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa akan berpengaruh pada motivasi belajar.

d)       Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Oleh sebab itu, kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e)        Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televise, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Oleh sebab itu, guru professional diharapkan mampu memanfaatkan semua itu agar tercipta kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran dan untuk memotivasi belajar.

f)         Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Guru adalah seorang pendidik yang professional dan juga seorang pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnyha mengharuskan dia belajar sepanjang hayat. Sebagai pendidik, guru dapat memilih dan memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa. Partisipasi dan teladan perilaku yang baik merupakan salah satu upaya membelajarkan siswa. Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut:
  • Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
  • Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan
  • Membina belajar tertib pergaulan
  • Membina belajar tertib lingkungan sekolah.
Disamping itu, upaya pembelajaran secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya meliputi:
  • Pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib belajar
  • Pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna
  • Mendidik cinta belajar.
Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda lainnya. Guru professional dituntut menjalin kerja sama pendagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut. Upaya mendidikkan belajar “tertib hidup” merupakan kerjasama sekolah dan luar sekolah.

2.        Upaya meningkatkan Motivasi Belajar
Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku. Seorang anak yang membaca iklan surat kabar dengan keinginan mencari sekolah yang benar, akan memperoleh kepuasan karena ia memperoleh informasi yang benar. Perilaku membaca pada anak “pencari informasi sekolah” berbeda dengan perilaku membaca kedua anak tersebut berbeda. Demikian halnya dengan motif belajar pada siswa yang sedang membaca buku pelajaran. Membaca dengan motivasi “mencari sesuatu”. Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar. Oleh karena itu peran guru mengingatkan motivasi belajar cukup banyak.

a)        Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Dari segi perkembangan, ada siswa yang semula hanya ikut-ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah belajar. Dengan tugas-tugas sekolahnya, kemudian mereka mulai menyenangi belajar. Bermain-main merupakan hal yang menyenangkan bagi bagian besar siswa. Siswa akan menyadari bahwa bermain, belajar sungguh-sungguh, pemberian motivasi belajar, belajar giat, istirahat, belajar lagi, dan kemudian bekerja adalah pola perilaku kehidupan yang wajar bagi anggot amasyarakat.
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan, atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan:
  • Guru telah mempelajari bahan pelajaran
  • Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar
  • Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan
  • Guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.

b)        Optimalisasi unsur dinamis belajar dam pembelajaran
Seorang siswa akan belajar dengan seutuh pribadinya. Peranan kemauan, pikiran, perhatian, fantasi, dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun demikian ketertujuan tersebut tidak selamanya berjalan lancar. Ketidaksejajaran tersebut disebabkan oleh kelelahan jasmani atau mentalnya, ataupun naik turunnya energy jiwa. Pada suatu saat perasaan siswa kecewa, dan akibatnya kemauan belajar menurun. Atau walaupun perasaannya kecewa, ia dapat mengatasinya, dan kemuan dan semangat belajar diperkuat. Sebaliknya, lingkungan yang berupa teman belajar, surat kabar, radio, majalah, televise, guru, orangtua juga akan memperngaruhinya. Ada teman belajar yang putus asa, ada pula yang tegar. Unsur-unsur lingkungan tersebut ada yang mendorong, da nada pula yang menghambat kegiatan belajar. Keputusan akan belajar giat, ataupun menangguhkan belajar, ada pada diri siswa sendiri.
            Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang menilai kesempatan belajar. Oleh karena itu, guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya optimalisasi tersebut adalah sebagai berikut:
Ø  Memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya
Ø  Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar
Ø  Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan kepada siswa  untuk beraktualisasi diri dalam belajar
Ø  Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, media-media yang menggangu pemusatan perhatian belajar harus dicegah
Ø  Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar; pada tingkat ini guru memberlakukan upaya “belajar merupakan aktualisasi diri siswa”
Ø  Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan

c)        Optomalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Perilaku belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Perilaku belajar setiap hari bertolak dari jadwal pelajaran sekolah.
Guru adalah “penggerak” perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. “bantuan mengatasi kesukaran belajar” perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemapuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
Ø  Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut selanjutnya diserahkan kepada guru
Ø  Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa
Ø  Guru memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara memecahkannya
Ø  Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidik keberanian mengatasi kesukaran
Ø  Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran
Ø  Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekannya yang mengalami kesukaran
Ø  Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku belajar dilakukan oleh si pebelajar. Pada diri si pebelajar terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, dan kemauan atau cita-cita itu disebut motivasi belajar. Komponen utama motivasi tersebut adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan si pebelajar. Motivasi belajar sangat penting dipahami oleh siswa maupun guru
            Beberapa ahli menitik beratkan segi-segi tertentu dari motivasi. Maslow membedakan lima tingkat kebutuhan. McCleland mengemukakan tiga jenis kebutuhan dasar. Sedangkan Hull menunjukkan pentingnya kebutuhan organisme dalam perkembangan motivasi.
            Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Adapun sifat motivasi dibedakan menjadi motivasi internal dan eksternal. Disamping itu ada juga ahli yang membedakan adanya motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
            Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami dan merupakan kekuatan mental pebelajar dalam belajar. Dari sisi siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat. Dari sisi guru, motivasi belajar pada pebelajar berada pada lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru berpeluang untuk meningkatkan, mengembangkan dan memelihara motivasi belajar dengan optimalisasi.

3.2 Saran
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Untuk itu, pengetahuan tentang “belajar, karena ditugasi oleh guru” dan “belajar, karena motivasi diri” penting bagi guru dan calon guru. Tidak hanya guru, motivasi juga penting bagi siswa agar siswa dan guru mampu mencapai tujuan dari belajar dan pembelajaran dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono.1994.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Dirjen Dikti.


1 komentar:


  1. LegendaQQ.Net

    Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang LEGENDARIS !!!
    Min Depo 20Rb !!!
    Kartu Para Sang LEGENDA !!!
    WinRate Tertinggi !!!


    Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :

    - Domino99
    - BandarQ
    - Poker
    - AduQ
    - Capsa Susun
    - Bandar Poker
    - Sakong Online

    Fasilitas BANK yang di sediakan :

    - BCA
    - Mandiri
    - BNI
    - BRI
    - Danamon

    Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan diri anda di Legenda QQ

    Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama kami !!!
    Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar" nya !!!

    Contact Us :
    + live chat : legendapelangi.com
    + Skype : Legenda QQ
    + BBM : 2AE190C9

    BalasHapus